Kamis, 13 Desember 2007

PERAN ORANG TUA TERHADAP PERGAULAN ANAK



Bagi seorang anak, pertemanan atau pergaulan, sebagai bagian dari proses sosialisasi, adalah pengalaman berharga bagi kehidupannya di masa depan. Didunianya yang mulai terbuka ini. Ia bisa merasa lebih berarti dan punya kehidupan yang menyenangkan, tak heran bila seringkali anak- anak lebih senang menghabiskan waktunya bermain bersama teman- temannya ketimbang berada dirumah.
Memang sebagaimana kebutuhan dasar lainnya, sosialisasi adalah satu proses dan aktivitas yang mau tak mau harus dijalani setiap anak manusia. Wajarlah manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, lantaran sejak lahir sampai ajalnya manusia sangat memerlukan orang lain dalam kehidupannya. Maka, sungguh terlalu melarang anak untuk bergaul entah karena ketakutan akibat buruk pergaulan atau sebab lainnya.
Pada saatnya, anak- anak akan keluar rumah, bermain bersama dengan teman- teman dan membina pergaulan yang lebih luas. Namun tak semua orang tua yang siap menghadapi masa- masa ini. Banyak kekhawatiran saat melepaskan anaknya bergaul.
Banyak hal di luar rumah yang ditakutkan orang tua menjadi pada anak- anaknya, semisal narkoba dan pergaulan bebas. Tentu tak berlebihan lebih memang melihat fenomena belakangan, dua hal ini terjadi pada usia yang semakin belia. Bahkan siswa sekolah dasar, sebagaimana dilansir berbagai media masa, mulai mengenal narkoba dalam segala segala bentuknya. Dalam tingkat yang lebih ’ringan’, kebiasaaan merokok yang bisa terjadi karena ikut- ikutan atau karena ingin diakui juga mulai dilakukan oleh anak usia sekolah dasar. Kiriman surat cinta atau telepon dari teman si anak, kadang membuat orang tua salah tingkah dan bingung harus bertindak harus bagaimana.
Berbagai kejadian inilah yang kadang membuat orang tua jadi over protective pada anaknya- anaknya. Tak boleh keluar rumah atau tak boleh bergaul, terutama di luar sekolah, yang sebenarnya bisa berdampak buruk bagi perkembangan pribadi anak.
Bahaya di luar dan di dalam.
Lingkungan sangatlah mempengaruhi perkembangan seorang anak, sebagaimana kutipan hadits Rasulullah,”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tua nya yang menjadikan kepada Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”(HR. Bukhari dan Muslim)
”Kedua orang tua” merupakan perwakilan dari lingkungan terdekat dari suatu lingkungan yang terdekat serta berpengaruh untuk mengubah anak. Baik itu lingkungan keluarganya, lingkungan masyarakatnya termasuk berbagai kondisi dalam masyarakat itu. Bahkan kondisi negara akan sangat mempengaruhi pertumbuhan seorang anak.
Bahaya dalam lingkungan pergaulan anak tidak hanya di luar rumah saja, di dalam rumah pun selalu ada ’bahaya’ bagi anak. Misal, perbedaan cara mendidik antara orang tua dan anggota keluarga lain yang tinggal bersama, seperti kakek nenek, paman bibi, juga berbahaya bagi perkembangan anak ”Bapak dan ibu melarangnya, yang lain nya membolehkan. Akhirnya anak memilih yang enak saja. Dan lari keneneknya.”
Bahaya apa saja yang ada di dalam rumah lainnya? Televisi, komputer plus fasilitas internet, dan aneka game. Membiarkan anak bebas kita mengkonsumsi acara TV atau mengakses internet, adalah salah satu bentuk bahaya yang mungkin tak disadari kita sebagai orang tua.
Kondisi diluar, sebagaimana dipahami orang tua memang menyimpan bahaya. Namun, bahaya atau tidaknya suatu pergaulan kembali pada filter yang dimiliki anak. ”Bahaya atau tidak bahaya itu tergantung kepada bagaimana anak untuk menanggapinya. Misalnya, ketika orang memberinya narkoba, tapi ia menolak. Narkoba memang berbahaya, tapi ia bisa mengatasinya.
Anak mempunyai filter yang merupakan bentuk dari lingkungan utama dan pertamanya, yaitu orang tuanya. Terkadang bahaya luar sebenarnya justru diakibatkan kesalahan orang tua atau lingkungan terdekat lainnya dalam mengantarkan anaknya ke dunia nyata. ”Ada kondisi lingkungan yang tidak integrated. Kita hanya kuat mendidik anak di satu bidang saja, misalnya ibadah saja sementara muamalah kurang. Atau sebaliknya, muamalah kuat, tapi ibadah kurang,” Kekuranglengkapan persiapan ditambah lagi informasi yang keliru tentang kondisi lingkungan yang sebenarnya, menempatkan anak dalam posisi yang berbahaya dalam pergaulannya. ”Sehingga pada saat temannya mengajak kepada perbuatan negatif, dia nggak ngerti bahwa itu ajakan yang negatif.
Apa yang harus dilakukan agar anak bisa bergaul lebih baik? Untuk anak usia preschool atau taman kanak- kanak yaitu dengan pendampingan secara fisik cocok dan aman untuk dilakukannya. Misalnya, ketika anak kita berusia 4 tahun bermain, sebaiknya ditemani oleh kita sebagai orang tua atau pengasuh yang lainnya. Walau tak ditemani terus menerus, paling tidak kita sebagai orang tua atau pengasuhnya harus sering- sering menengoknya untuk memastikan tak ada bahaya yang mengancam kemaslahatannya.
Pada usia ini anak belum memahami benar, apa saja yang bahaya dan apa yang tidak. Karena ketidakmengertiannya, mereka sangat mudah untuk dibujuk bahkan disuruh melakukan perbuatan tertentu oleh anak- anak yang lebih besar. Sebagai kontrol, sementara kita tak berada disisinya, kita sebagai orang tua bisa menanyakan dalam bentuk abstrak semisal ”Tadi ada apa disekolah? Tadi disekolah main apa? Ada kejadian yang lucu, nggak?” Anak akan lebih mengerti bila kita bertanya. Tentang proses pergaulannya.
Untuk anak usia sekolah dasar. Sedikit demi sedikit, tinggalkan campur tangan dan kehadiran secara fisik selama mereka bermain ataupun bergaul bersama-sama teman temannya. Kita sebagai orang tua mulailah memberikan kepercayaan kepadanya, walaupun kita sebagai orang tua masih tetap boleh memilihkankan teman-teman untuk anak-anak kita. Mereka boleh saja bermain dengan siapa dan tidak boleh main dengan siapa. Semakin bertambah usia, berikanlah sedikit kelonggaran walaupun tetap kita awasi.
Pada usia ini ketertarikan pada lawan jenis sudah mulai tumbuh seiring perkembangan biologisnya apalagi dengan pengaruh media yang saat ini memasarkan nilai pergaulan bebas. Jangan heran kalau anak kita menerima surat cinta atau telepon dari temannya. Sebagai orang tua yang bijak, jangan langsung panik dan mengharamkan hal seperti itu. Inilah saatnya mengarahkan pada konsep pergaulan dalam Islam. Tentu dengan cara dan kata yang bijak, tanpa menghakimi. Bagaimanapun mereka masih anak-anak.